Pertemuan Senja dan Jingga

Ku tamatkan pandanganku pada kedua mata itu, ku pastikan bahwa ia benar Senja.

"Apa kabar Jingga?" sapanya dengan senyum sama seperti jumpa sebelumnya. 

Aku masih menatapnya penuh rasa tak percaya, meyakinkan bahwa ini bukan ilusi di sore hari semata. 

"Aku baik, kamu bagaimana? A-aku tidak menyangka kita bisa berjumpa lagi--" 

Senja kembali mengulum senyum di wajahnya, "bagaimana kabar pelangi?"

Mendengar kalimat itu, seketika ada yang bergemuruh. Aku terdiam, lidah ku serasa tercekat.

"Apakah warnanya masih mejikuhibiniu? Atau--"

"Abu-abu" jawabku. 

Senja mengernyitkan keningnya, "abu-abu?"ia masih tak puas dengan satu kataku yang cukup melukiskan seperti apa warna diriku.

"Aku seperti abu-abu untuknya."

Lalu aku menarik nafas dalam-dalam, "bagaimana kabar hujan?" tanyaku.

"Langit sudah hampir gelap, aku harus segera pergi dan kembali ke tempatku"  Senja mulai melangkah pergi.

"Kau mau menghilang lagi dariku?" tanyaku sedikit gusar.

Senja terdiam, langkahnya terhenti.

"Kenapa kau diam? Apa karena Hujan, selama ini kau pergi? Apa karena kau ingin dia hidup bahagia hingga kau rela hilang?"

Senja masih terdiam, kali ini aku tak lagi gusar. Aku mulai geram pada Senja.

"Mengapa kau masih diam? Bukankah kau tau? Senja ada karena Jingga? Dan kau juga tau bukan, bahwa Pelangi adalah teman Hujan yang paling setia?"

"Kenapa kau masih terdiam Senja? Mengapa kamu tidak membiarkan Hujan dengan pelanginya saja? Sedang kamu bersamaku, Senja dengan Jingganya?"

"Mengapa kau lebih memilih hilang karena Hujan? Bukan memilih hidup bahagia di sore yang cerah bersama Jingga?"

"Kau mau tau apa alasanku melakukan itu?" jawab Senja sembari menatapku begitu haru.

Aku mengangguk perlahan.

Senja menggenggam tanganku, "Pelangi lebih membutuhkan Jingga untuk membuat dia lebih berwarna. Biar saja aku hilang untuk Hujan, karena memang aku harus begitu"

Aku tertegun, getir menjalar di lidahku.

"Hiduplah bersama Pelangi dan warnanya. Jangan pernah merasa menjadi abu-abu, karena suatu saat Pelangi akan membutuhkan Jingga untuk melengkapi esensi dirinya."

Bayangan Senja hilang begitu saja. Meninggalkanku sendiri di temaram jalanan. 

Sejak saat itu, aku percaya bahwa aku adalah Jingga yang indah kata Senja. Aku tidak perlu merasa menjadi abu-abu, karena senja yang berkata seperti itu.

Komentar

Postingan Populer