Menemukan.




Dari banyaknya baris, sama sekali tak terpikirkan olehku untuk mengambil satu buku itu.
Buku yang dari sampulnya saja sudah membuatku tidak tertarik. Apalagi ketika berhasil membaca judulnya dengan seksama, daya tarik pun masih tak bertambah.

Namun, entah dorongan apa yang ingin membuatku kemudian membaca bagian pengantar buku yang halamannya tidak terlalu banyak itu.
Hm.. dorongan lain kali ini membuatku berhasil membuka sampai deretan daftar isinya.

Kedua mataku tertuju pada bagian satu buku itu yang disana tertulis, "Mengenalmu!"

Jemari kian membuka lembar demi lembar. Kedua mata terus bergerak mengikuti kata per kata diingiringi seutas senyum di wajah.

Hingga tiba lah jemari pada bagian buku yang kedua dan disana tertulis, "Mencintaimu!“

Semakin jari jari ini bersemangat untuk membaca tiap kisahnya. Membayangkan betapa bahagianya manusia manusia yang berperan di dalam sana andai itu terjadi di dunia nyata.

Lalu, ketika senyum belum usai di wajah. Tibalah pada bagian ketiga yang aku lupa, bahwa bagian ini telah ku baca dari daftar isi sebelumnya.

Di bagian itu tertulis, " Meninggalkanmu!"

Gejolak amarah di hati sedikit menyala, mengapa bisa secepat itu?
Bukankah baru saja mengenal?
Bukankah baru saja mencintai?
Mengapa begitu cepat meninggalkan?

Tidak adil sekali Sang Penulis membuat skenario ini! Dengan sedikit rasa kesal bagian ini ku baca.
Kedua mata nyaris tak berkedip. Hingga hampir tiba di lembar terakhirnya, air mata mengalir di kedua mata.

Gejolak di dada masih belum hilang sempurna. Hati masih tidak bisa menerima, mengapa semua begitu cepat?
Bahkan ketika aku bisa memilih untuk memutar waktu, aku akan memilih untuk tidak membaca buku ini.
Bukan karena membuang waktu, melainkan aku yang tidak bisa menampik rasa kecewa di akhir cerita buku ini.


Kupikir semua akan berakhir bahagia. Aku lupa bahwa setiap kebahagiaanpun bisa berakhir juga.

Hingga pada lembar terakhir yang kubaca, aku mendapati sebuah pesan yang luar biasa.

Bahwa semua hati telah memiliki rumahnya. Rumah yang berpondasi percaya, bertiang rasa, beratap bahagia. Meski di dalamnya harus bercampur tangis dan tawa.

Dan, yang terjadi pada mereka, adalah mereka bukan 'rumah' bagi satu sama lainnya. Meski aku atau mungkin mereka yang menjadi pemerannya sempat mengira bahwa 'dia' lah tujuan terakhirnya.

Sedikit lega dan percaya. Bahwa Sang Penulis yang paling tau, siapa rumah yang tepat bagi setiap pemerannya.

'Rumah 60 Hari'

Replika Senja.
Sby, 4 Jun 2023
















Komentar

Postingan Populer