Tiga Ratus Tiga Puluh Tiga Minggu
Kulihat lamat sisa kenangan yang kupunya, tiga ratus tiga puluh tiga minggu. Rupanya sudah selama itu kita berlalu, kau dan aku. Yang dulu kerap kali tawaku kau sambut, dan pelukmu ku rindu.
Tidak terasa, enam tahun telah berlalu. Tapi, kenapa lukanya selalu terasa baru?
Seperti tidak mau mengering dan terus begitu. Apa kau juga?
Ah, rasanya tidak!
Kau selalu begitu, datang dan hilang sesukamu. Walau memang harusnya begitu. Entahlah, hilangmu kali ini membuatku rindu. Meski ku sadari lagi, percuma saja kau hadir untuk menampakkan raut wajahmu, tapi sedikitpun aku tidak bisa mengungkap rasa rindu itu.
Apa kabar?
Sepertinya enam tahunmu tanpaku begitu menenangkan seperti senyum tawamu yang tersirat bersama manusia yang kini mungkin lebih menyayangimu. Aku tak bilang aku tak bahagia, hanya saja memang benar aku mengamini kalimat yang pernah ku baca dari kutipan seseorang ; tentang satu nama yang kita simpan rapat rapat dalam hati namun tidak pernah benar benar kita perjuangkan. Dan itu kamu. Karena memang benar katanya, kala itu hadirmu membingungkan, seperti hadir tapi tidak utuh - seperti dekat tapi juga jauh.
Selamat hari ke tiga ratus tiga puluh tiga, kamu yang ku rindu 🖤
Komentar
Posting Komentar