Salah Siapa? Kucingnya?
Once upon a time...
Terkadang, kita memang menyepelekan sebuah pertemuan dan perhatian. Tanpa kita sadari, sering kali kita melewatkan beberapa orang yang sebenarnya sangat membutuhkan kehadiran kita. Membutuhkan kita, meski hanya untuk sekedar menjadi pendengar, meski hanya untuk menjadi tempat untuknya bersandar, atau bahkan menjadi sapu tangan saat ia sedang menangis. Tetapi, kita gagal membaca itu. Kita terlalu sibuk dengan urusan kita. Hingga kita berpikir, untuk sebuah pertemuan dan perhatian mungkin bisa ditunda. Tidak harus kala itu.
Tapi cobalah sejenak kita berpikir seperti kisah diatas. Cukup sederhana bukan?
Disaat kucing itu lapar, siapa yang hadir?
Bayangkan jika disaat seseorang itu lapar dan ia membutuhkan kehadiran kita untuk membuat dia merasa kenyang. Tapi, kita menunda-nunda hanya karena ada urusan yang lebih penting. Tak salah memang, tak ada yang salah. Tapi, coba renungkan sekali lagi, apakah dia yang sedang lapar itu selalu lapar setiap saat?
Dan, ketika ia merasa sekali saja lapar dan butuh kita tapi ternyata kita menolaknya hanya karena urusan penting kita yang bagi kita tidak bisa ditunda. Penting, penting, penting.
Kita terlalu yakin bahwa kepentingan kita itu hanya ada pada hari ini. Padahal itu kita katakan setiap hari. Lucu bukan?
Apalagi saat kita menyalahkan dia yang mencari makan pada orang lain dan merasa bahwa dia kurang dengan makanan yang kita berikan. Logis memang, dan juga banyak terjadi.
But, ask yourself...
Apa yang sudah kita beri untuknya?
Lalu apa yang bisa orang lain beri untuknya?
Saat itulah kita dituntut untuk benar-benar adil untuk menilai,
Siapa dia dan siapa diri kita?
Jangan pernah menyalahkan sosok yang baru saja hadir,
Karena dia sebenarnya hanya sebuah penguji
Seberapa setia dan peduli kita terhadap apa yang telah kita miliki.
Jadi, coba lah lihat sekeliling kita. Beri waktu untuk dia yang amat membutuhkan kita. Terkadang kita mudah mengabaikan karena kita tidak tau rasa sakit diabaikan.
Ketika kita lapar, dia selalu bisa hadir untuk mengenyangkan kita.
Kita tidak pernah merasa dibuat lapar olehnya.
Dan, disini ijinkan aku sejenak bertanya
"Apa kamu sudah kenyang? Dan sudah mengenyangkan?"
"Ada seekor kucing yang dipelihara oleh pemiliknya yang begitu sibuk. Pemiliknya sering lupa kasih dia makan terkadang ngasih makan tapi telat, saking sibuknya sama kerjaan dan pulang pun masih bawa urusan kerjaan. Meong... meongg alias laper... laper... Si Pemilik gak pernah peduli. Lebih tepatnya lupa peduli. Sampai pada suatu hari, kucing itu capek dan dia nyari makan sendiri. Si Pemilik sadar pas kucing gak ada di sekitar kandang. Dicarilah kucing itu, dan gak lama ketemu ternyata kucing itu lagi nyari makan di emperan toko. Si Pemilik geram, karena merasa kucingnya makan makanan yang sembarangan. Dibawa pulanglah kucing itu, dan agar tidak lepas lagi kucing itu diikat lehernya oleh Si Pemilik. Kucing akhirnya tidak bisa kemana-mana lagi. Sepanjang hari yang dia lakukan hanya bermain di sekitar kandang dan menunggu Si Pemilik sampai memberinya makan. Meski Si Pemilik tetap saja terlambat memberinya makan, tapi kucing itu tetap sabar menanti. Sampai pada suatu ketika, ada seseorang yang lewat di dekat kandang kucing itu. Seketika langkahnya terhenti, dan melihat kucing itu dengan seksama. Si Kucing merasa di perhatikan, ia lapar dan ingin diberi makan. Seseorang itu akhirnya mengerti bahasa Si Kucing, lalu pulanglah dia mengambil makanan untuk Si Kucing. Seseorang itu iba melihat kucing yang amat senang menerima makanan darinya, dan memakan makanan tersebut dengan amat sangat lahap. Hal itu terus dilakukan, sepanjang hari dan dengan waktu yang teratur. Si Pemilik menyadari kucingnya tidak lagi rewel dengan suara khas nya. Si Pemilik senang dan berpikir bahwa apa yang dilakukan oleh kucingnya adalah langkah yang tepat. Hingga pada suatu hari, Si Pemilik sedang tidak sibuk dan ingin bermain dengan kucingnya itu, dilepaskanlah ikatan di leher kucing itu. Mereka bermain di sekitar kandang, dan saat mereka sedang bermain kucing itu melihat sosok yang biasa memberinya makan. Menatap kucing itu dengan teduh dan bahagia. Kucing merasa bahwa seseorang itu sedang bahagia menatapnya yang saat itu sudah tidak lagi diikat dan bisa bermain dengan pemiliknya. Namun, kucing mendadak sedih saat langkah kaki seseorang itu perlahan mulai menjauhi area kandang. Kucing itu tiba-tiba berlari menghampiri sosok itu. Membuat sosok itu tiba-tiba berhenti, dan mencoba menyentuh kucing yang mengeong...ngeongg di hadapannya. Si Pemilik geram dengan ulah kucingnya, Si Pemilik memaksa kucing itu untuk pulang. Kucing itu menolak! Dia malah menyakar dengan sadis Si Pemiliknya. Keadaan itu membuat Si Pemilik bingung, sebenarnya ada apa dengan kucingnya? Dan akhirnya sosok tersebut menceritakan kejadian yang sebenarnya. Si Pemilik memahami, apa yang tidak ia berikan pada Si Kucing. Si Pemilik merasa bersalah dan tidak tau lagi harus berbuat apa untuk membujuk Si Kucing ikut pulang dengannya. Akhirnya, Si Pemilik memberikan kucing itu kepadanya. Dan, Si Pemilik mendapat pesan dari sosok baik yang memberi makan kucingnya selama ini. Pesan yang amat membuat Si Pemilik merasa sangat tertegun, dia berkata bahkan seekor hewan pun memiliki perasaan. Semenjak saat itu, Si Pemilik merasa kesepian. Tidak ada lagi yang dapat menemaninya bermain. Dan, karena itulah ia baru menyadari bahwa bermain dan meluangkan waktu untuk kucing yang selalu menanti kehadirannya adalah hal yang paling ia rindukan. Sekian"
Terkadang, kita memang menyepelekan sebuah pertemuan dan perhatian. Tanpa kita sadari, sering kali kita melewatkan beberapa orang yang sebenarnya sangat membutuhkan kehadiran kita. Membutuhkan kita, meski hanya untuk sekedar menjadi pendengar, meski hanya untuk menjadi tempat untuknya bersandar, atau bahkan menjadi sapu tangan saat ia sedang menangis. Tetapi, kita gagal membaca itu. Kita terlalu sibuk dengan urusan kita. Hingga kita berpikir, untuk sebuah pertemuan dan perhatian mungkin bisa ditunda. Tidak harus kala itu.
Tapi cobalah sejenak kita berpikir seperti kisah diatas. Cukup sederhana bukan?
Disaat kucing itu lapar, siapa yang hadir?
Bayangkan jika disaat seseorang itu lapar dan ia membutuhkan kehadiran kita untuk membuat dia merasa kenyang. Tapi, kita menunda-nunda hanya karena ada urusan yang lebih penting. Tak salah memang, tak ada yang salah. Tapi, coba renungkan sekali lagi, apakah dia yang sedang lapar itu selalu lapar setiap saat?
Dan, ketika ia merasa sekali saja lapar dan butuh kita tapi ternyata kita menolaknya hanya karena urusan penting kita yang bagi kita tidak bisa ditunda. Penting, penting, penting.
Kita terlalu yakin bahwa kepentingan kita itu hanya ada pada hari ini. Padahal itu kita katakan setiap hari. Lucu bukan?
Apalagi saat kita menyalahkan dia yang mencari makan pada orang lain dan merasa bahwa dia kurang dengan makanan yang kita berikan. Logis memang, dan juga banyak terjadi.
But, ask yourself...
Apa yang sudah kita beri untuknya?
Lalu apa yang bisa orang lain beri untuknya?
Saat itulah kita dituntut untuk benar-benar adil untuk menilai,
Siapa dia dan siapa diri kita?
Jangan pernah menyalahkan sosok yang baru saja hadir,
Karena dia sebenarnya hanya sebuah penguji
Seberapa setia dan peduli kita terhadap apa yang telah kita miliki.
Jadi, coba lah lihat sekeliling kita. Beri waktu untuk dia yang amat membutuhkan kita. Terkadang kita mudah mengabaikan karena kita tidak tau rasa sakit diabaikan.
Ketika kita lapar, dia selalu bisa hadir untuk mengenyangkan kita.
Kita tidak pernah merasa dibuat lapar olehnya.
Dan, disini ijinkan aku sejenak bertanya
"Apa kamu sudah kenyang? Dan sudah mengenyangkan?"
Komentar
Posting Komentar